Nestapa Orangutan Tersingkir Tambang di Hutan Kalimantan
- CNN Indonesia
- 19 Mei 2021 13:40
- 352

Orangutan yang tersisa di hutan Kalimantan, 16 Februari 2021. (REUTERS/BOSF)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seekor orangutan jantan yang tengah berjalan sendirian di lahan konsesi tambang, Kalimantan Timur, siang itu. Ia terlihat kebingungan. Seolah tidak yakin akan melangkahkan kakinya ke mana, seperti tersesat di rumah sendiri.
Orangutan dikenal sebagai hewan yang semi-soliter. Tidak seperti gorila atau simpanse yang senang hidup berkelompok, orangutan umumnya lebih nyaman menyendiri. Dengan naluri introversi yang dimilikinya, orangutan mampu bertahan hidup tanpa bantuan kawanan lain.
Baca juga:Jemput Orangutan, Petugas BKSDA Sumut Diserang Ormas
Sepanjang mata memandang tak ada hamparan hijau maupun tutupan hutan yang akrab di mata orangutan. Tanah yang dia pijak gersang. Yang dia lihat justru hamparan tanah kering dan beragam alat berat.
Penampakan orangutan itu juga aneh di mata pekerja di lokasi tersebut. Mereka pun bingung kenapa ada seekor primata di tengah lahan konsesi pertambangan.
"Orangutan ingin jalan ini, ingin menyebrang di tikungan," kata seseorang di dalam rekaman video yang menunjukkan orangutan tengah menyusuri konsesi pertambangan.
Ketua Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur Nur Kabalai mengatakan video tersebut diambil seorang sopir truk yang sedang melintas di wilayah konsesi pertambangan di Desa Sepaso Timur, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Mendapat laporan adanya orangutan yang tersesat di lokasi tambang, Nur langsung menurunkan tim untuk mencari orangutan itu dan menganalisa apakah habitatnya berada tak jauh dari lokasi tersebut.
Baca juga:Sebab Orangutan Kalimantan Berambut Halus bak Baru dari Salon
Kamera drone ia lepaskan untuk memantau kondisi tutupan hutan. Hasilnya, Nur mengatakan sudah tidak banyak tutupan hutan di kawasan itu. Ia menilai kawasan itu sudah tidak layak menjadi tempat tinggal orangutan.
"Dari hasil drone itu terlihat, memang kawasan itu kawasan tambang. Sebelah kirinya [konsesi perkebunan] sawit, sebelah kanannya kebun masyarakat," kata dia kepada CNNIndonesia.com, dikutip Jumat (28/5).
Dalam kata lain, orangutan sudah kehilangan habitatnya di kawasan yang kini dialihfungsikan untuk aktivitas pertambangan, perkebunan sawit, hingga perkebunan masyarakat.
Tiga hari berturut-turut Nur dan anak buahnya berupaya menyisir kawasan tambang untuk mencari keberadaan orangutan. Namun batang hidungnya tak juga ditemukan. Akhirnya mereka menyerah dan pulang ke Samarinda.
Namun tak lama sesampainya di kota, Nur kembali mendapat laporan dari buruh di perkebunan sawit tak jauh dari lokasi tambang. Mereka mengatakan ada dua orangutan memasuki perkebunan sawit.
Ketika Nur datang ke lokasi, lagi-lagi usahanya sia-sia. Orangutan itu sudah pergi entah ke mana. Nur bercerita baru beberapa hari lalu pihaknya menyelamatkan satu orangutan di perkebunan sawit itu. Artinya ada tiga orangutan yang sempat berkeliaran dan tersesat di konsesi tambang dan sawit di sana.
Baca juga:LIPI: Habitat Orangutan Terancam, Upaya Konservasi Mendesak
Nur tidak heran ada orangutan memasuki wilayah proyek. Pasalnya kawasan Kutai Timur memang banyak menyimpan habitat orangutan. Ia mengatakan 68 persen orangutan berada di kawasan hutan yang tidak terlindungi.
Sehingga ketika kawasan hutan diserahkan kepada korporasi karena sudah mengantongi izin usaha, orangutan tersingkir dari habitatnya.
Menurut Nur seharusnya sebelum aktivitas proyek dilakukan, orangutan di kawasan tersebut dipindahkan ke habitat yang aman terlebih dahulu. Namun kerap kali upaya itu terlupakan.
"Ini yang perlu kita segera lakukan sosialisasi, SOP ketika ketemu dan mendapat [orangutan di lokasi proyek atau pemukiman] seperti kemarin, harus segera melaporkan ke kami," lanjut dia.
Berdasarkan data yang dikutip dari situs Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), 1,6 juta hektare atau 46 persen dari daratan Kutai Timur dimanfaatkan untuk izin pertambangan.
Masih dari sumber yang sama, Kutai Timur tercatat mengantongi izin penguasaan lahan di sektor kehutanan hingga 1,39 juta hektare atau 38 persen dari total luas kabupaten tersebut.
Baca juga:Thailand Pulangkan Orang Utan Selundupan ke Indonesia
Analisa yang dilakukan organisasi Wildlife Impact pada 2020 mendapati hampir 10 ribu orangutan di Kalimantan dialokasikan demi pengembangan kelapa sawit. Studi terbaru dalam laporan tersebut juga menunjukkan terdapat penurunan populasi orangutan secara drastis dalam 200 tahun terakhir.
"Penurunan ini terus berlanjut selama beberapa dekade terakhir," tulis laporan yang bertajuk "Visi untuk Masa Depan Orangutan Borneo" itu.
Wildlife Impact mengatakan pendorong utama penurunan jumlah orangutan di Kalimantan ada dua, yakni pembunuhan dan hilangnya habitat hutan alam.
Sepanjang 1999-2015, laporan tersebut mengatakan 67 persen sampai 83 persen dari total penurunan jumlah orangutan di Kalimantan disebabkan karena hilangnya orangutan di hutan primer dan hutan tebang (pembunuhan).
Sementara penurunan karena deforestasi perkebunan kelapa sawit dan bubur kertas industri hanya meliputi 9 persen dari total hilangnya kelimpahan orangutan.
"Namun sangat jelas bahwa deforestasi, pengembangan perkebunan dan terutamanya pembunuhan dalam situasi konflik sering berjalan beriringan," tulis laporan itu.
Baca artikel CNN Indonesia "Nestapa Orangutan Tersingkir Tambang di Hutan Kalimantan" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210529125417-20-648205/nestapa-orangutan-tersingkir-tambang-di-hutan-kalimantan/2.
Terbaru
Korfball Berkibar di Benua Etam: PKSI Kaltim Resmi..
- 19 Juli 2025 11:49
TP PKK Kutim Gelar Sosialisasi Kesehatan & Lingkungan..
- 26 Juni 2025 17:09
Dukung Asta Cita Presiden, Polsek Muara Wahau dan PT DSN..
- 25 Juni 2025 20:35
Polsek Muara Wahau Gelar Khitan Massal Gratis, Jumlah..
- 25 Juni 2025 16:19
Trending
LPADKT Telen minta Pemkab Kutim prioritaskan perbaikan akses jalan utama Kecamatan Telen
- 19 Februari 2024 20:36
KPU Kutim Distribusikan Logistik Pemilu di 18 Kecamatan dengan Aman dan Kondusif
- 12 Februari 2024 16:41
LPADKT Kongbeng minta perhatikan akses jalan Embung Wisata Banyu Langit
- 19 Februari 2024 19:08